Selasa, 08 Januari 2013

Pantai Kupang, NTT

Pantai Batu? anda pasti jarang sekali menemuinya. Ini dia salah satu pantai batu yang ada di indonesia, namanya pantai kolbano, di NTT. Letaknya di Desa Kolbano masuk dalam wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan luas desa 17 kilometer persegi. Pantai ini tidak seperti pantai yang lainnya, tidak dihiasi pasir putih tetapi justru membuat patai ini unik adalah hamparan bebatuan warna warni di sepanjang pantai. Batuan di pantai ini berukuran sedang dan memiliki warna yang beraneka ragam, seperti hitam, kuning, hijau, merah dan ada yang memiliki warna unik, percampuran dari tiga warna ( merah, krem dan hijau ).
Pantai Kolbano dapat ditempuh melalui perjalanan darat dari kupang, transportasi ke pantai ini hanya ada 1 kali dalam 1 hari. Jadi anda harus menyusun rencana perjalanan terlebih dahulu untuk ke pantai ini. Biasanya mulai pukul 06.00 wita.  Jadi, jika Anda tiba di Kupang pada siang atau sore hari, dapat dipastikan Anda harus menginap terlebih dahulu selama satu malam di Kota Kupang dan menghabiskan waktu untuk jalan-jalan di tempat lain sambil menunggu transportasi keesokan harinya menuju Pantai Kolbano.
Sebaiknya anda menginap terlebih dahulu di kupang kemudian melanjutkan perjalanan keesokan harinya menggunakan travel atau angkutan darat yang menuju kolbano., anda dapat menggunakan jasa travel atau bus kota jurusan Kolbano dengan membayar ongkos seharga Rp.60.000,-.


Pantai Tablolong Adalah Sebuah Obyek Wisata Yang Terdapat Di Kupang, NTT (Nusa Tenggara Timur). Lokasi Pantai Tablolong Berada Dalam Jarak Tempuh Sekitar 25 Km Dari Arah Kota Kupang. Bagi Kebanyakan Warga Kota Kupang, Lokasi Pantai Tablolong Ini Lebih Dikenal Sebagai Areal Untuk Memancing. Letak Pantai Tablolong Secara Gamblang Dapat Dikatakan Berada Di Ujung Pulau Timor. Posisi Pantai Tablolong Yang Berhadapan Langsung Dengan Pulau Semau Menjadi Lebih Menguntungkan Bagi Ikan Di Perairan Yang Dalam Untuk Berlindung Di Pulau Semau Ini Jika Datangnya Musim Barat. Hal Ini Lah Yang Membuat Wilayah Pantai Tablolong Ini Kaya Akan Ikan Yang Menjadikannya Sebagai Tempat Melakukan Perlombaan Memancing.
 Areal Wisata Di Pantai Tablolong Ini Juga Sering Dijadikan Alternatif Tempat Wisata Yang Lain Di Kupang Seperti Air Terjun Oenesu Dan Pantai Lasiana. Sayang, Jika Akses Ke Pantai Tablolong Ini Tidak Mendapatkan Perhatian Yang Maksimal. Sarana Yang Digunakan Bagi Pengunjung Yang Hendak Menghabiskan Harinya Di Kawasan Pantai Tablolong Ini Terbanyak Menggunakan Kendaraan Pribadi, Kendaraan Sewaan (Rent Car). Transportasi Umum Yang Mengakses Wilayah Pantai Tablolong Ini Masih Amat Minim. Pengembangan Obyek Wisata Pantai Tablolong Ini Tentulah Layak Mendapat Perhatian Pemerintah, Baik Pemerintah Kabupaten Kupang, Maupun Pemerintah Propinsi NTT (Nusa Tenggara Timur). Prasarana Penunjang Lainnya, Seperti Fasilitas Umum Yang Selayaknya Dijumpai Didalam Kawasan Wisata, Juga Belum Sepenuhnya Mendapakan Prioritas Dalam Pengembangan Pantai Tablolong Menjadi Obyek Wisata yang Dikemas Secara Profesional.
Sebuah Papan Bertuliskan "Pusat Olahraga Memancing Tablolong", Serta Merta Akan Anda Temui Disana Ketika Mencapai Garis Pantai Tablolong. Event Wisata Yang Sering Di Gelar Oleh Pemerintah Propinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) Di Kawasan Wisata pantai Tablolong Ini Adalah Turnamen Memancing Yang Berkelas Internasional. Turnamen Ini Telah Beberapa Kali Dilaksanakan, Dengan Tujuan Mempromosikan Obyek Wisata Yang Ada Di NTT (Nusa Tenggara Timur), Terutama Di Kabupaten Kupang, Terlebih Lagi Kawasan Pantai Tablolong Itu Sendiri. Jenis Ikan yang Banyak Dijumpai Diperiran Dalam Kawasan Pantai Tablolong Ini Adalah Ikan Marlin, Ikan Layaran, Ikan Tenggiri, Ikan Wahui, Ikan Kuwe, Ikan Barakuda, Ikan Lemadang, Dan Ikan Tuna.
Salah Satu Tumbuhan Yang Dahulu Amat Mudah Kita Jumpai Di Garis Pantai Tablolong Ini Adalah Pohon Santigi. Sayang, Karena Sekarang Hampir Tidak Ada lagi Yang Bisa Kita Jumpai. Pohon Santigi Yang Ada Telah Habis Dibawa Keluar Daerah Oleh Para Penjarah, Yang mengetahui Nominal Rupiah Yang Di Bundel Untuk Pohon Santigi Ini. Selain Sebagai Kawasan Pemancingan, Terumbu Karang yang Ada Di Kawasan Pantai Tablolong Ini Juga Memiliki Banyak Keunikan, Baik Dalam Ragam Maupun Bentuknya. Hal Yang Juga Dalam Waktu-Waktu Kedepannya Dapat Dijadikan Perhatian Pengembangan Olahraga Menyelam Di Seputar Pantai Tablolong.


P

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru




Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki tipe ekosistem sub-montana, montana dan sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan berusia ratusan tahun.
Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru antara lain jamuju (Dacrycarpus imbricatus), cemara gunung (Casuarina sp.), eidelweis (Anaphalis javanica), berbagai jenis anggrek dan jenis rumput langka (Styphelia pungieus).

Terdapat sekitar 137 jenis burung, 22 jenis mamalia dan 4 jenis reptilia di taman nasional ini

Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional ini antara lain luwak (Pardofelis marmorata), rusa (Cervus timorensis ), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak ), ayam hutan merah (Gallus gallus), macan tutul (Panthera pardus ), ajag (Cuon alpinus ); dan berbagai jenis burung seperti alap-alap burung (Accipiter virgatus ), rangkong (Buceros rhinoceros silvestris), elang ular bido (Spilornis cheela bido), srigunting hitam (Dicrurus macrocercus), elang bondol (Haliastur indus), dan belibis yang hidup di Ranu Pani, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo.



Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian ± 2.100 meter dari permukaan laut.
Di laut pasir ditemukan tujuh buah pusat letusan dalam dua jalur yang silang-menyilang yaitu dari timur-barat dan timur laut-barat daya. Dari timur laut-barat daya inilah muncul Gunung Bromo yang termasuk gunung api aktif yang sewaktu-waktu dapat mengeluarkan asap letusan dan mengancam kehidupan manusia di sekitarnya (± 3.500 jiwa).
Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Suku Tengger yang berada di sekitar taman nasional merupakan suku asli yang beragama Hindu. Menurut legenda, asal-usul suku tersebut dari Kerajaan Majapahit yang mengasingkan diri. Uniknya, melihat penduduk di sekitar (Su-ku Tengger) tampak tidak ada rasa ketakutan walaupun menge-tahui Gunung Bromo itu berbaha-ya, termasuk juga wisatawan yang banyak mengunjungi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru pada saat Upacara Kasodo.

Letupan volkanik di puncak Gunung Semeru

Upacara Kasodo
diselenggarakan setiap tahun (Desember/Januari) pada bulan purnama. Melalui upacara tersebut, masyarakat Suku Tengger memohon panen yang berlimpah atau meminta tolak bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit, yaitu dengan cara mempersembahkan sesaji dengan melemparkannya ke kawah Gunung Bromo, sementara masyarakat Tengger lainnya harus menuruni tebing kawah dan meraih untuk menangkap sesaji yang dilemparkan ke dalam kawah, sebagai perlambang berkah dari Yang Maha Kuasa.
Perebutan sesaji tersebut merupakan atraksi yang sangat menarik dan menantang sekaligus mengerikan. Sebab tidak jarang diantara mereka jatuh ke dalam kawah.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi: Cemorolawang. Salah satu pintu masuk menuju taman nasional yang banyak dikunjungi untuk melihat dari kejauhan hamparan laut pasir dan kawah Bromo, dan berkemah. Laut Pasir Tengger dan Gunung Bromo. Berkuda dan mendaki gunung Bromo melalui tangga dan melihat matahari terbit. Pananjakan. Melihat panorama alam gunung Bromo, gunung Batok dan gunung Semeru. Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo dan Puncak Gunung Semeru. Danau-danau yang sangat dingin dan selalu berkabut (± 2.200 m. dpl) sering digunakan sebagai tempat transit pendaki Gunung Semeru (3.676 m. dpl). Ranu Darungan. Berkemah, pengamatan satwa/ tumbuhan dan panorama alam yang menawan.
Musim kunjungan terbaik: bulan Juni s/d Oktober dan bulan Desember s/d Januari. Cara pencapaian lokasi: Pasuruan-Warung Dowo-Tosari-Wonokitri-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 71 km, Malang-Tumpang-Gubuk Klakah-Jemplang-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 53 km, dan Jemplang-Ranu Pani-Ranu Kumbolo, 16 km. Atau dari Malang-Purwodadi-Nongkojajar-Tosari-Wonokitri-Penanjakan sekitar 83 km. Dari Malang ke Ranu Pani menggunakan mobil sekitar 70 menit, yang dilanjutkan berjalan kaki ke Puncak Semeru sekitar 13 jam.
Panorama  pagi  di  Pananjakan

Sindoro Sumbing, Si Kembar Yang Menantang

SINDORO DAN SUMBING,
GUNUNG KEMBAR YANG MENANTANG


Sindoro dan Sumbing merupakan dua Gunung yang letaknya berdekatan, serta memiliki bentuk dan tinggi yang hampir sama. Tinggi Gunung Sumbing sekitar 3.340 m dari permukaan laut (dpl), sedikit lebih tinggi daripada Sindoro (3.155 m dpl).
Jika dipetakan, Sumbing berada disebelah barat daya kota Temanggung dan sebelah Timur kota Wonosobo. Sedangkan Sindoro disebelah barat laut Temanggung danTimur laut Wonosobo. Masyarakat dikedua daerah itu menyebut Sindoro-Sumbing sebagai Gunung kembar. Keduanya menyimpan potensi wisata yang sangat besar, meskipun belum semuanya bisa dikelola secara maksimal.
Selain panorama alam nan indah, dengan udara sejuk dan segar, daerah-daerah dilereng Sumbing-Sindoro potensial dikembangkan sebagai kawasan agro wisata, terutama perkebunan kelengkeng, tembakau, vanila, dan kopi. Kondisi alamnya hampir sama dengan kawasan Gunung Mas, puncak, Bogor.
Gunung yang dipenuhi legenda tentang kesetiaan pasangan dan epos kepahlawanan itu sudah tidak asing lagi bagi para pendaki. Banyak kelompok pecinta alam yang mendaki puncak Sumbing dan Sindoro, terutama pada hari-hari tertentu yang sudah menjadi tradisi.
Dengan berbagai kelebihannya, dinas perhubungan dan pariwisata kabupaten Temanggung berusaha terus menggali potensi-potensi wisata, sambil membenahi sarana-prasarana pendukung dikawasan ini.
Sektor pariwisata, terutama yang berbasis wisata Gunung, bisa dijadikan salah satu primadona unggulan dalam membangun ekonomi kerakyatan di daerah ini. Dinas perhubungan dan Pariwisata berniat mengembangkan kawasan Sindoro dan Sumbing sebagai kawasan wisata terpadu. Terutama dilembah antara Sindoro-Sumbing, dan bagian puncak. Misal dengan menyediakan fasilitas kereta gantung yang menghubungkan kedua gunung itu.
Salah satu kawasan yang diapit lembah Sindoro-Sumbing adalah Kledung, yang dilewati pengguna jalan di jalur Parakan-Wonosobo. Banyak pengguna jalan yang beristirahat di tempat ini, sekedar melihat keindahan panorama alam disekelilingnya yang bisa menyegarkan tubuh dan pikiran. Banyak hal yang bisa dijumpai dilembah gunung itu. Selain keindahan alam, lembah Sindoro-Sumbing juga menawarkan kehangatan dan senyum ramah penduduknya. Terlebih lagi tatkala melihat aktivitas mereka saat musim tambakau tiba.
Panorama alam yang indah dan udara sejuk-segar kini menjadi barang langka diperkotaan, itu sebabnya, mereka sering memanfaatkan hari libur ke objek wisata alam sebagaimana banyak tersedia dikabupaten Temanggung.
Letaknya yang dekat dengan Dataran Tinggi Dieng membuat wisata pendakian Gunung Sumbing dan SIndoro bisa dipromosikan lebih dasyat lagi, misalnya dengan mengundang sebagian wisatawan yang datang ke Dieng untuk berkunjung pulang keTemanggung. Pemerintah kabupaten dan masyarakat Temanggung pun siap memanfaatkan peluang emas ini, demi kesejahteraan masyarakat.

WISATA PENDAKIAN
SALAH satu kegiatan yang sudah berjalan dikawasan Gunung ini adalah wisata pegunungan. Pendakian Sindoro-Sumbing biasanya dimulai dari kledung, yang terletak diantara kedua Gunung. Ditempat ini, para pendaki juga bisa menyaksikan matahari terbit dan terbenam.
Jalur pendakian yang menantang, ritual setiap malam 1 sura (1 muharam) dan malem selikuran (21 Ramadhan), hamparan perkebunan teh, aneka ladang sayur, deretan pohon pinus, dan jalur berliku-liku dilembah kedua gunung itu membuat banyak orang ingin mengunjungi tempat tersebut

GUNUNG SUMBING
Perjalanan wisata ke Gunung Sumbing akan melewati desa wisata Tegalrejo yang juga dekat dengan pemancingan Vale Kambang dan prasasti Gondosuli. Tanah sekitar gunung sangat subur, sehingga hampir seluruh daerah yang landai sampai ketinggian 2.000 m dpl dijadikan areal perkebunan rakyat seperti tembakau dan sayuran.
Pendakian gunung sumbing bisa dilakukan kapan saja. Tetapi puncak keramaian terjadi pada malem selikuran. Ribuan pendaki, yang dipandu para pecinta alam yang berpengalaman dari sumbing Hiking Club (SHC) Temanggung, serta dipantau para petugas terpadu diposko-posko terdekat, mengawali ritualnya dari desa pager gunung, kecamatan Bulu.
Untuk pendakian diluar tradisi malem selikuran, perjalanan bisa dilakukan tanpa harus dipandu petugas. Para pendaki umumnya start dari desa/kecamatan kledung (arah barat laut), atau kampung butuh dan selogowok dikecamatan tlogo mulyo (timur laut).
Bahkan, gunung sumbing juga bisa didaki dari kawasan diluar kabupaten Temanggung. Yaitu arah barat laut dari kampung garung (1.543 m dpl) di desa Butuh, kecamatan Kalijajar (Wonosobo), arah tenggara dari Kalegan (Kabupaten Magelang), dan arah Barat daya dari sapurun (Wonosobo).
Apabila cuaca bagus, pendakian ke puncak menempuh waktu sekitar lima jam. Sebagian dari mereka berziarah kemakam Ki Ageng Makukuhan di Puncak Sumbing. Ki Ageng Makukuhan diyakini sebagai orang pertama yang singgah di Kedu dan memperkenalkan tanaman tembakau.
Ada beberapa pos yang harus dilalui dari base camp hingga kepuncak, yaitu pos I (1.750 m dpl), pos II (2.000 m dpl),pos bayangan (2.500 m dpl), dan bagian puncak (2.850-3.340 m dpl).

GUNUNG SUMBING
Nama            : Gunung Sumbing
Nama Kawah    : Kawah Sumbing
Lokasi            : Desa Pager Gunung, Kecamatan Tjepit, Kabupaten Temanggung
Ketinggian         : 3. 340 m dpl
Wilayah        : Kabupaten Temanggung, Magelang, Wonosobo dan Purworejo.
Kota Terdekat    : Temanggung (Timur laut), Parakan (Utara), Wonosobo (Barat), dan Magelang (Tenggara).
Tipe Gunung        : Gunung Api strato tipe B
Pos Pengamatan    : Desa Genting Sari, Parakan-Temanggung pada Ketinggian 950 m dpl.

Dipos I (hutan rapat) terdapat shelter dan lahan bivak. Sedangkan pos II (Wilayah Terbuka) didominasi padang rumput dan ilalang. Udara dipuncak cukup panas, angin kencang, dan cuaca cerah, dengan suhu dibawah 12 derajat Celciuse. Puncak terdiri atas batu-batuan, lapangan berpasir, kawah, dan belerang.

GUNUNG SINDORO
Setiap malam 1 sura, ribuan pecinta alam melakukan pendakian Sindoro. Gunung berketinggian 3.151 m itu juga memiliki beberapa keindahan alam, misalnya Telaga Ajaib dan bunga Abadi edelwis di puncak gunung. Para pendaki juga bisa melihat panorama terbit dan tenggelamnya matahari.
Sebagaimana Sumbing, Sindoro cocok untuk melakukan kegiatan wisata alam dan petualangan. Pendakian dilakukan melalui Desa Katekan, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung. Selain panorama alam yang indah, pendaki bisa melihat para aktivitas petani di kebun.

GUNUNG SINDORO
Nama            : Gunung Sindoro
Nama Kawah    : Kawah Sindoro
Lokasi            : Desa Katekan, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung
Ketinggian         : 3.155 m dpl
Wilayah        : Kabupaten Temanggung, dan Kabupaten Wonosobo.
Kota Terdekat    : Temanggung (Tenggara), Parakan (Timur), Wonosobo (Barat).
Tipe Gunung        : Gunung Api strato tipe B

PUNCAK WONOTIRTO
Di Lereng Gunung Sumbing, di sebuah desa di Kecamatan Bulu, ada kawasan wisata yang cukup digemari, yaitu Puncak Wonotirto. Sepanjang jalan menuju lokasi, wisatawan bisa memandang hutan pinus dari kejauhan dan hamparan tanaman tembakau. Para penggemar wisata pegunungan tentu sangat menyukai suasana seperti ini.
Dari kawasan puncak, kita bisa memandang lepas ke berbagai penjuru. Termasuk pada ujung Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. Hal itu dimungkinkan karena Puncak Wonotirto berada di ketinggian 1.900-2.000 m dpl.
Untuk menuju lokasi lereng, wisatawan dapat menggunakan sepeda motor atau mobil. Tetapi sekitar 3 km sebelum puncak, perjalanan harus dilanjutkan dengan jalan kaki. Pemerintah Kabupaten Temanggung sudah menanami 16.000 ha lahan kritis dikawasan ini, dengan aneka komoditas pertanian.

MISTERI POHON WALITIS DI HUTAN RASAMALA

Pohon walitis di kawasan huitan Rasamala merupakan pohon terbesar di lereng Sumbing dan Sindoro. Hutan ini terletak di Desa Jetis, Kecamatan Selopampang, Tinggi pohon mencapai 30 meter, dengan lingkar batang 7,5 meter. Untuk memeluk batangnya saja diperlukan enam orang dewasa yang saling tautan sambil merentangkan kedua tangannya.
Menurut masyarakat sekitar, pohon ini berasal dari tongkat salah seorang pengikut wali, yaitu Ki Ageng Makukuhan yang ditancapkan di tanah. Kawasan Walitis memiliki pemandangan alam yang indah dan udara pegunungan yang segar dan alami.
Di Kawasan ini juga tumbuh rumpun tumbuhan bernama Rasamala. Karena itulah, kawasan tersebut dikenal sebagai hutan Rasamala. Keistimewaan tanaman dan hutan ini adalah tidak mempan oleh api.
Ketika terjadi kebakaran hutan di sebagian kawasan lereng Sumbing dan Sindoro beberapa waktu lalu, hutan Rasamala sama sekali tidak terjamah  api.
Untuk menjangkau rumpun pepohonan Rasamala yang luasnya mencapai 1,5 hektar, para wisatawan harus mendaki melalui jalan setapak. Jarak pendakian ini sekitar 1,5 km dari pohon walitis.

PROSPEK PENGEMBANGAN
Melihat potensinya yang besar, kawasan Sindoro-Sumbing bisa dikembangkan menjadi kawasan wisata andalan di jateng. Peluang yang bisa digarap antara lain:
- Membangun fasilitas kereta gantung din lereng utara gunung Sumbing, tepat di Kledung Pass.
- Membangun hotel/restoran di jalur strategis, terutama Kledung.
- Pembangunan kawasan agrowisata Kledung Pass.
- Membangun bumi perkemahan dan camping ground di kawasan Walitis, untuk mewadahi kegiatan para pemuda di Jawa Tengah.
- Membangun kawasan khusus (adventure zone) di Kledung Pass.
- Mendirikan event organizer khusus yang menyelenggarakan berbagai kegiatan pecinta alam dan outbond.
- Menciptakan lebih banyak lagi desa-desa wisata.

Gunung Semeru

Semeru

Gunung Semeru

Semeru, 1985
Ketinggian 3.676 meter (12.060 kaki)
Daftar Ribu
Lokasi
Lokasi Jawa , Indonesia
Koordinat 8°6′28.8″LS,112°55′12″BT
Geologi
Jenis Stratovolcano (aktif)
Letusan terakhir 2008 (berlanjut)
Pendakian
Rute termudah Gubugklakah, Burno

Gunung Semeru atau Sumeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko.

Posisi gunung ini terletak di antara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55' BT.

Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 M hingga akhir November 1973. Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke sisi selatan meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang.

Daftar isi

Perjalanan

Jembatan di jalan lewat selatan Semeru (1937)

Ranu Regulo pada tahun 1930-an
Diperlukan waktu sekitar empat hari untuk mendaki puncak gunung Semeru pulang-pergi. Untuk mendaki gunung semeru dapat ditempuh lewat kota Malang atau Lumajang. Dari terminal kota malang kita naik angkutan umum menuju desa Tumpang. Disambung lagi dengan Jip atau Truk Sayuran yang banyak terdapat di belakang pasar terminal Tumpang dengan biaya per orang Rp.20.000,- hingga Pos Ranu Pani.

Sebelumnya kita mampir di Gubugklakah untuk memperoleh surat izin, dengan perincian, biaya surat izin Rp.6.000,- untuk maksimal 10 orang, Karcis masuk taman Rp.2.000,- per orang, Asuransi per orang Rp.2.000,-

Dengan menggunakan Truk sayuran atau Jip perjalanan dimulai dari Tumpang menuju Ranu Pani, desa terakhir di kaki semeru. Di sini terdapat Pos pemeriksaan, terdapat juga warung dan pondok penginapan. Bagi pendaki yang membawa tenda dikenakan biaya Rp 20.000,-/tenda dan apabila membawa kamera juga dikenakan biaya Rp 5.000,-/buah. Di pos ini pun kita dapat mencari porter (warga lokal untuk membantu menunjukkan arah pendakian, mengangkat barang dan memasak). Pendaki juga dapat bermalam di Pos penjagaan. Di Pos Ranu Pani juga terdapat dua buah danau yakni Ranu Pani (1 ha) dan Ranu Regulo (0,75 ha). Terletak pada ketinggian 2.200 mdpl.
Setelah sampai di gapura "selamat datang", perhatikan terus ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti jalanan yang lebar ke arah kebun penduduk. Selain jalur yang biasa dilewati para pendaki, juga ada jalur pintas yang biasa dipakai para pendaki lokal, jalur ini sangat curam.

Jalur awal landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi dengan tumbuhan alang-alang. Tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m. Banyak terdapat pohon tumbang, dan ranting-ranting diatas kepala.

Setelah berjalan sekitar 5 km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi bunga edelweis, lalu akan sampai di Watu Rejeng. Di sini terdapat batu terjal yang sangat indah. Pemandangan sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit, yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadang kala dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak semeru. Untuk menuju Ranu Kumbolo masih harus menempuh jarak sekitar 4,5 Km.


Ranu Kumbolo
Di Ranu Kumbolo dapat didirikan tenda. Juga terdapat pondok pendaki (shelter). Terdapat danau dengan air yang bersih dan memiliki pemandangan indah terutama di pagi hari dapat menyaksikan matahari terbit disela-sela bukit. Banyak terdapat ikan, kadang burung belibis liar. Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 m dengan luas 14 ha.

Dari Ranu Kumbolo sebaiknya menyiapkan air sebanyak mungkin. Meninggalkan Ranu Kumbolo kemudian mendaki bukit terjal, dengan pemandangan yang sangat indah di belakang ke arah danau. Di depan bukit terbentang padang rumput yang luas yang dinamakan oro-oro ombo. Oro-oro ombo dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Dari balik Gn. Kepolo tampak puncak Gn. Semeru menyemburkan asap wedus gembel.

Selanjutnya memasuki hutan cemara di mana kadang dijumpai burung dan kijang. Daerah ini dinamakan Cemoro Kandang.

Pos Kalimati berada pada ketinggian 2.700 m, disini dapat mendirikan tenda untuk beristirahat. Pos ini berupa padang rumput luas di tepi hutan cemara, sehingga banyak tersedia ranting untuk membuat api unggun.

Terdapat mata air Sumber Mani, ke arah barat (kanan) menelusuri pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh jarak 1 jam pulang pergi. Di Kalimati dan di Arcopodo banyak terdapat tikus gunung.

Untuk menuju Arcopodo berbelok ke kiri (Timur) berjalan sekitar 500 meter, kemudian berbelok ke kanan (Selatan) sedikit menuruni padang rumput Kalimati. Arcopodo berjarak 1 jam dari Kalimati melewati hutan cemara yang sangat curam, dengan tanah yang mudah longsor dan berdebu. Dapat juga kita berkemah di Arcopodo, tetapi kondisi tanahnya kurang stabil dan sering longsor. Sebaiknya menggunakan kacamata dan penutup hidung karena banyak abu beterbangan. Arcopodo berada pada ketinggian 2.900m, Arcopodo adalah wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru, selebihnya akan melewati bukit pasir.

Dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu 3-4 jam, melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah merosot. Sebagai panduan perjalanan, di jalur ini juga terdapat beberapa bendera segitiga kecil berwarna merah. Semua barang bawaan sebaiknya tinggal di Arcopodo atau di Kalimati. Pendakian menuju puncak dilakukan pagi-pagi sekali sekitar pukul 02.00 pagi dari Arcopodo.
Siang hari angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka.

Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, dan September. Sebaiknya tidak mendaki pada musim hujan karena sering terjadi badai dan tanah longsor.

Gas beracun


Puncak Mahameru
Di puncak Gunung Semeru (Puncak Mahameru) pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Gas beracun ini dikenal dengan sebutan Wedhus Gembel (Bahasa Jawa yang berarti "kambing gimbal", yakni kambing yang berbulu seperti rambut gimbal) oleh penduduk setempat. Suhu dipuncak Mahameru berkisar 4 - 10 derajat Celsius, pada puncak musim kemarau minus 0 derajat Celsius, dan dijumpai kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama pada siang, sore dan malam hari. Angin bertiup kencang, pada bulan Desember - Januari sering ada badai.

Terjadi letusan Wedus Gembel setiap 15-30 menit pada puncak gunung Semeru yang masih aktif. Pada bulan November 1997 Gunung Semeru meletus sebanyak 2990 kali. Siang hari arah angin menuju puncak, untuk itu hindari datang siang hari di puncak, karena gas beracun dan letusan mengarah ke puncak.

Letusan berupa asap putih, kelabu sampai hitam dengan tinggi letusan 300-800 meter. Material yang keluar pada setiap letusan berupa abu, pasir, kerikil, bahkan batu-batu panas menyala yang sangat berbahaya apabila pendaki terlalu dekat. Pada awal tahun 1994 lahar panas mengaliri lereng selatan Gunung Semeru dan telah memakan beberapa korban jiwa, walaupun pemandangan sungai panas yang berkelok- kelok menuju ke laut ini menjadi tontonan yang sangat menarik.

Soe Hok Gie, salah seorang tokoh aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia, meninggal di Gunung Semeru pada tahun 1969 akibat menghirup asap beracun di Gunung Semeru. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis.

Iklim

Secara umum iklim di wilayah gunung Semeru termasuk type iklim B (Schmidt dan Ferguson) dengan curah hujan 927 mm - 5.498 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 136 hari/tahun dan musim hujan jatuh pada bulan November - April. Suhu udara dipuncak Semeru berkisar antara 0 - 4 derajat celsius.

Suhu rata-rata berkisar antara 3°c - 8°c pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari berkisar antara 15°c - 21°c. Kadang-kadang pada beberapa daerah terjadi hujan salju kecil yang terjadi pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Suhu yang dingin disepanjang rute perjalanan ini bukan semata-mata disebabkan oleh udara diam tetapi didukung oleh kencangnya angin yang berhembus ke daerah ini menyebabkan udara semakin dingin.

Taman nasional


Ranu Darungan pada tahun 1920-an
Gunung ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Taman Nasional ini terdiri dari pegunungan dan lembah seluas 50.273,3 Hektar. Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera Gn.Tengger antara lain; Gn.Bromo (2.392m) Gn. Batok (2.470m) Gn.Kursi (2,581m) Gn.Watangan (2.662m) Gn.Widodaren (2.650m). Terdapat empat buah danau (ranu): Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo dan Ranu Darungan.

Flora yang berada di wilayah Gunung Semeru beraneka ragam jenisnya tetapi banyak didominir oleh pohon cemara, akasia, pinus, dan jenis Jamuju. Sedangkan untuk tumbuhan bawah didominir oleh Kirinyuh, alang-alang, tembelekan, harendong dan Edelwiss putih, Edelwiss yang banyak terdapat di lereng-lereng menuju puncak Semeru. Dan juga ditemukan beberapa jenis anggrek endemik yang hidup di sekitar Semeru Selatan.

Banyak fauna yang menghuni gunung Semeru antara lain : macan kumbang, budeng, luwak, kijang, kancil, dll. Sedangkan di Ranu Kumbolo terdapat belibis yang masih hidup liar.

Pendaki pertama


Litografi berdasarkan lukisan Abraham Salm dengan pemandangan desa dan latar belakang Gunung Semeru (1865-1872)
Orang pertama yang mendaki gunung ini adalah Clignet (1838) seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda dari sebelah barat daya lewat Widodaren, selanjutnya Junhuhn (1945) seorang ahli botani berkebangsaan Belanda dari utara lewat gunung Ayek-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo. Tahun 1911 Van Gogh dan Heim lewat lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranupane dan Ranu Kumbolo seperti sekarang ini.

Legenda gunung Semeru

Menurut kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuna Tantu Pagelaran yang berasal dari abad ke-15, pada dahulu kala Pulau Jawa mengambang di lautan luas, terombang-ambing dan senantiasa berguncang. Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa.

Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu dipunggungnya, sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung itu dapat diangkut dengan aman.
Dewa-Dewa tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau yang mereka temui, yaitu di bagian barat Pulau Jawa. Tetapi berat gunung itu mengakibatkan ujung pulau bagian timur terangkat ke atas. Kemudian mereka memindahkannya ke bagian timur pulau Jawa. Ketika gunung Meru dibawa ke timur, serpihan gunung Meru yang tercecer menciptakan jajaran pegunungan di pulau Jawa yang memanjang dari barat ke timur. Akan tetapi ketika puncak Meru dipindahkan ke timur, pulau Jawa masih tetap miring, sehingga para dewa memutuskan untuk memotong sebagian dari gunung itu dan menempatkannya di bagian barat laut. Penggalan ini membentuk Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Pananggungan, dan bagian utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam Dewa Shiwa, sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke pulau jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.

Lingkungan geografis pulau Jawa dan Bali memang cocok dengan lambang-lambang agama Hindu. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung Meru dianggap sebagai rumah tempat bersemayam dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung di antara bumi (manusia) dan Kayangan. Banyak masyarakat Jawa dan Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman Dewata, Hyang, dan mahluk halus.

Menurut orang Bali Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali. Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali hanya pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa Gunung Mahameru. Selain upacara sesaji itu orang Bali sering datang ke daerah Gua Widodaren untuk mendapat Tirta suci.

Bukit Berbintang- Patuk,Gunung Kidul

BUKIT BERBINTANG – PATUK ,GUNUNG KIDUL

Bukit Patuk Gunungkidul, berbatasan langsungdengan Piyungan, Bantul, di jalan Jogja – Wonosari km. 16. Tempat ini biasa disebut bukit bintang… Pada malam hari memang cahaya lampu-lampu di bawah bertaburan seperti bintang. 

 

Disini menjadi tempat tujuan, terutama bagi siswa & mahasiswa di seputaran Jogja untuk sekedar menikmati indahnya malam yang romantis. Bahkan ketika sedang menempuh perjalanan melewati tempat ini pada malam hari, meluangkan waktu sejenak untuk makan dan minum di salah satu warung sambil menikmati pemandangan bertabur bintang Dingin malam dan indahnya cahaya-cahaya lampu yang menyala, dan terlihat dari atas bukit. Letak bukit bintang berada di bukit Patuk Gunungkidul, berbatasan langsung dengan Piyungan Bantul, di jalan Jogja – Wonosari km. 16. Suasana di pagi hari sangat sejuk, dengan pemandangan gunung Merapi yang terlihat jelas tanpa tertutup kabut. keadaan patuk di siang hari… :)



10 Pantai Gunung Kidul, Yogyakarta

Pantai Krakal (Kemal Taka Aslama - d'Traveler)

Pantai Krakal




Butuh waktu yang sangat lama untuk menjelajah semua pesona yang  dimiliki oleh DI Yogyakarta. Di Kabupaten Gunungkidul sendiri, setidaknya terdapat 10 pantai keren yang siap memanjakan Anda kala berkunjung.

Sebagai kawasan wisata, sepertinya DI Yogyakarta tahu betul bagaimana cara memanjakan pengunjungnya. Berbagai objek wisata dan fasilitas penunjang sangat mudah ditemukan di sini. Dari 6 kabupaten di DI Yogyakarta, Gunungkidul mungkin merupakan salah satu yang paling tersohor.

Berada di selatan Yogyakarta, kabupaten ini sangat kaya akan panorama pantainya. Seperti yang disusun oleh detikTravel, Kamis (31/5/2012), berikut adalah 10 pantai keren di Gunungkidul:


1. Pantai Indrayanti

Siapa yang bisa bosan untuk mengunjungi Pantai Indrayanti? Pantai cantik di Gunung Kidul ini perlahan mulai menjadi objek tujuan utama wisatawan. Pantai Indrayanti sangat ramai, seperti Pantai Kuta di Bali. Apa lagi sekarang sudah banyak pedagang yang menjual makanan dan tenda berwarna-warni untuk para pengunjung yang ingin bersantai di pinggir pantai.

Di sudut lain pantai, terdapat tebing tinggi yang juga menawan. Ternyata ini merupakan spot favorit penikmat pemandangan pantai. Suasana pantai yang ramai dan birunya laut terlihat cantik dari atas tebing.


2. Pantai Krakal

Pantai Krakal memiliki ombak yang ganas khas pantai selatan, tapi punya pemandangan yang indah. Pantai ini tidak jauh dari Wonosari, ibukota Gunungkidul. Letaknya bersebelahan dengan Pantai Sundak yang terkenal dengan keindahan batu karangnya.

Pantai Krakal tergolong sebagai pantai yang landai. Pasir putihnya yang bersih juga menjadi daya tarik pantai ini. Belum lagi batu-batu karang yang eksotis, membuat pemandangan cantik Pantai Krakal makin lengkap.

Walaupun tidak sebesar ombak di pantai lainnya, Pantai Krakal sudah mulai diserbu oleh para surfer. Mereka yang datang biasanya merupakan surfer pemula yang baru belajar menaklukan ombak.


3. Pantai Sundak

Pantai Sundak di Desa Sidoharjo, Tepus, Gunungkidul, punya legenda. Nama Sundak konon berasal dari perkelahian antara anjing yang dalam bahasa Jawa adalah asu dan landak. Maka kemudian, kedua binatang tersebut disingkat menjadi Sundak.

Terlepas dari legendanya, Pantai Sundak memiliki pemandangan alam yang sangat cantik. Maka tak heran jikan belakangan pantai ini ZAdaya tarik pantai ini.

Berjalan menyusuri pantai menjadi kegiatan wajib di sini. Anda akan disuguhkan oleh bukit-bukit kapur yang eksotis dan sering digunakan sebagai lokasi pemotretan. Pantai Sundak juga memiliki gua dengan sumur mata air tawar yang menjadi sumber mata air penduduk sekitar.


4. Pantai Sadeng

Mungkin Anda belum cukup kenal dengan nama Pantai Sadeng. Pantai ini memang belum banyak dikunjungi wisatawan, karena lebih dikenal sebagai tempat pelelangan ikan. Tapi, bukan berarti Pantai Sadeng tidak memiliki pesona.

Di sepanjang pantai berjejer perahu nelayan yang didominasi dengan warna biru terang. Pemandangan makin cantik berkat batu-batu kapur yang ada di sebelah kanan dan kiri pantai. Selain menjadi destinasi wisata pantai, tentu saja Pantai Sadeng bisa menjadi alternatif pilihan jika Anda ingin berbelanja bahan makanan hasil laut.


5. Pantai Wediombo

Bagi Anda yang hobi memancing, membeli ikan di Pantai Sadeng sepertinya menjadi hal yang membosankan. Pastinya Anda lebih memilih untuk memancing ikan sendiri, karena bisa lebih memberi kepuasan. Datang saja ke Pantai Wediombo di Jepitu, Girisubo, Gunungkidul.

Di pantai ini, Anda bisa memancing dari atas bukit karang. Ikan di sini memang terkanal sangat besar, tapi bukan hal yang mudah untuk mendapatkannya. Untuk mencapainya, Anda harus berjalan sekitar 1 jam dari Pantai Wediombo.

Selain memancing, tentunya Anda bisa menikmati pemandangan yang sangat indah. Air lautnya sangat jernih, tidak seperti pantai lain yang berwarna kehijauan akibat tercemar. Pasir pantainya landai dan putih lembut. Liburan menyenangkan sudah pasti bisa Anda dapatkan di pantai ini.


6. Pantai Sepanjang

Banyak yang mengatakan Pantai Sepanjang adalah Pantai Kuta tempo dulu, sepi dan belum ramai pengunjung. Pantai yang berada di Desa Kemadang, tidak jauh dari Pantai Sundak ini memiliki batu-batu karang yang eksotis.

Nama Sepanjang diambil karena kawasan ini merupakan pantai terpanjang yang ada di Gunungkidul. Alamnya masih sangat alami. Airnya yang jernih sangat cantik saat menghempas karang-karang yang kokoh. Jangan lupa siapkan kamera Anda untuk mengabadikan semua momen indah saat berlibur di Pantai Sepanjang.


7. Pantai Ngobaran

Pantai Ngobaran merupakan pantai yang sangat indah. Saat air laut sedang surut, Anda bisa menyaksikan hijaunya tumbuhan alga atau rumput laut yang tumbuh alami di pesisir pantai. Pemandangan semakin lengkap saat sore menjelang. Sunset yang memancarkan cahaya kuning keemasan berhasil menyulap Pantai Ngobaran menjadi sangat cantik.

Ada yang unik di pantai yang terletak di Desa Kanigoro, Saptosari, Gunungkidul ini, yaitu adanya tempat ibadah dari empat agama yang berbeda. Suasana yang paling jelas terlihat adalah Pura dengan patung-patung berwarna putih.


8. Pantai Ngrenehan

Datang ke Pantai Ngobaran tidak lengkap jika belum datang ke pantai di sebelahnya, yaitu Ngrenehan. Masih di Desa Kanigoro, pantai ini dikelilingi bukit kapur yang menjadi daya tariknya. Pasir pantai yang putih dan air laut yang berwarna hijau kebiruan membuat suasana sangat sempurna. Terlebih, ombak di sini tidak terlalu kencang.

Di sini, kita bisa melihat kegiatan para nelayan dan bahkan bisa menikmati ikan hasil tangkapannya. Di Pantai Ngrenehan memang disediakan rumah makan yang menyuguhkan aneka makanan laut, tentu saja semua hasil melaut para nelayan di pantai ini. Jangan tanya soal rasa, karena Anda pasti akan ketagihan.


9. Pantai Baron

Pantai Baron yang terletak kurang lebih 40 km dari Yogyakarta ini menyimpan pesona yang sangat indah. Kontur lembah dan sungai air tawarnya menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan yang datang. Akses jalan menuju Pantai Baron tidaklah sulit untuk dijangkau. Bisa dibilang, infrastruktur masuk ke wilayah ini sangat baik. 

Pantai ini menebar pesona lewat kontur lembah di kanan kiri bibir pantai. Di sebelah kanan, pengunjung bisa melihat sungai air tawar yang bermuara langsung menuju laut. Pasir pantainya yang putih menghampar, membuat siapa saja betah berlama-lama di sini.


10. Pantai Siung

Pantai Siung terletak di Kecamatan Tepus, Gunungkidul. Berjarak 70 km dari pusat kota, perjalanan menuju pantai ini cukup jauh dan melelahkan. Jalanan yang berliku dan naik turun akan menghabiskan waktu sekitar 2 jam. Setibanya di sana, rasa lelah akan hilang seketika saat melihat pantainya.

Pasirnya putih bersih, lautnya biru, dan udara sejuk akan menyambut Anda. Bagi Anda para fotografer, keindahan ini sangat menggoda dan harus diabadikan dalam kamera. Pantai Siung memang menjadi destinasi yang menarik di kawasan Gunungkidul.

Bagi Anda para penantang adrenalin, tebing-tebing di Pantai Siung sangat menarik untuk ditaklukan. Batuan di tebing ini berjenis batuan kapur dengan tinggi tebing tertinggi mencapai 15 meter!